Kamis, 25 April 2013

My IVF



Seorang teman meghubungi saya menanyakan beberapa hal mengenai proses bayi tabung, dia teman kerja dari 5 sel telur yang diambil dalam proses OPU (Ovum Pick Up) ‘hanya’ dihasilkan 3 embrio yang kesemuanya dimasukkan (baca:di transfer) ke dalam rahim. Dua hari sebelumnya dia bbm ke saya mengenai cara penggunaan obat Crinone yang dimasukkan ke dalam vagina. Di situ dia menuliskan kegundahannya,bahkan sampai menangis karena tidak menyangka sama sekali kalau penggunaannya dimasukkan ke dalam vagina.


Cerita-cerita dia membawa flashback tersenndiri ke saya, di mana setahun yang lalu saya dan suami memutuskan untuk mengambil program IVF (In Vitro Fertilization) atau dalam bahasa umum sering yang sering digunakan adalah Bayi Tabung. Sungguh suatu keputusan yang sangat teramat besar dan mahal. Mungkin sudah jalan dari Tuhan, saat itu rezeki kepada kami datangnya bertubi-tubi. Sempat bingung untuk apa rezeki sebesar itu,sampai akhirnya saya dan suami memutuskan untuk mengambil program IVF ini di Klinik Yasmin yang berada di RSCM Kencana Jakarta. Bukan tanpa sebab saya menjalani IVF di klinik tersebut, ada beberapa pertimbangan di antaranya track record pengobatan saya sudah ada di klinik tersebut dan tempat yang sekarang pun sudah terasa sangat nyaman dibandingkan tempat sebelumnya 3 atau 4 tahun yang lalu. Proses IVF ini dibantu oleh Dr. Budi Wiweko SPog. Dokternya sagat ramah, masih sangat muda dan yang terpenting beliau memberikan aura positif kepada saya. Tatapan mata yang seolah-olah berkata tak ada yang tak mungkin. Program IVF tersebut dimulai sekitar tanggal 16 Mei 2012, dilakukan dengan berbagai suntikan hormon Gonal F yang dilakukan setiap hari selama kurang lebih 2 mingguan. Masih ingat banget bagaimana setiap hari saya tergopoh-gopoh datang ke klinik dekat rumah diantar supir kantor yang begitu sangat pengertian. Gak akan saya lupa bagaimana suntikan itu menyentuh kulit perut saya selama kurang lebih 2 mingguan. Setiap kali control dokter Budi melakukan USG untuk memeriksa ukuran sel telur, ternyata bukan hanya treatment Gonal F yang diberikan tapi juga suntikan lain yang bahkan saat saya menulis ini saya lupa sama sekali nama obat suntiknya. Alhasil selain suntikan Gonal F masih harus ditambah 2 jenis suntikan lain. Sampai tiba saatnya dilakukan OPUpada tanggal 27 Mei 2012, sebelumnya saya sudah sering googling mencari informasi mengenai IVF ini untuk sekedar tahu apa itu OPU.

Sampai pada saat saya merasakannya sendiri. Saya ingat betul hari itu, hari minggu pagi-pagi sekali saya udah datang ke klinik yang masih sangat sepi. Selain saya ada sepasang suami istri yang nampaknya sang istri juga akan dilakukan tindakan OPU sama dengan saya. Dan betul saja, ibu itu (aduh saya lupa namanya) satu ruangan tindakan dengan saya. Saya gak akan lupa saat-saat saya di ruangan tindakan itu, seperti ruang operasi. Ibu itu di sebelah saya, hanya dibatasi dengan tirai yang tertutup. Selama proses OPU ibu tersebut dilakukan saya mendengar semua yang dilakukan dokter dan yang diteriakkan suster yang menghitung jumlah sel telur yang diambil, Saat itu, saya benar-benar pasrah hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar diberikan ketenangan, kelancaran dan keselamatan saya. Setelah tiba giliran saya, saya tidak ingat apa-apa lagi karena begitu saya sadar saya sudah berada di ruang pemulihan. Asisten dokter yang membangunkan saya, saya masih ingat apa yang diucapkannya: ‘Ibu Santi Yuana ya, OPU sudah dilakukan dan sudah diambil 26 sel telur bu. Banyak nih bu… ‘ antara ngeh dan tidak (karena pengaruh obat bius) yang pasti saya mendengar ada kata-kata 26 sel telur. Subhanalloh, banyak sekali ternyata. Sehabis OPU dilakukan klinik menyediakan makan siang untuk saya, nah di sini saya ngobrol dengan si ibu itu. Si ibu ini cerita, dia dan suami datang jauh-jauh dari Manado untuk melakuka IVF ini. Usia perkawinan mereka kurag lebih 11 tahun. Sungguh saya sangat terenyuh mendengar cerita dan perjuangan si ibu dan suaminya yang begitu sangat ingin memiliki anak. Segala pengorbanan, waktu dan uang rela mereka tempuh demi mewujudkannya. Sambil makan nasi goreng itu saya bertanya berapa jumlah sel telur yang diambil, dia jawab ada 7 sel telur. Setelah makan siang, kami berpisah dan saya pulang dengan suami. O iya, suami saya ini kaget banget begitu tahu jumlah sel telur yang diambil sangat banyak. Dari situ kami mulai berharap, walaupun sedikit..semoga Tuhan melancarkan semuanya.

Kurang lebih 5 hari setelah OPU saya dapet kabar dari pihak klinik bahwa ET sudah bisa dilakukan, sabtu tanggal 2 Juni 2012. Berbeda dengan OPU yang harus dilakukan pagi-pagi sekali dengan perut kosong ET dilakukan sesuai dengan nomor antrian tindakan dan kondisi perut harus diisi makanan terlebih dahulu.  Suster memberitahu sambil menunggu dipanggil saya harus minum air putih banyak-banyak. Bukan masalah kalo harus minum air putih banyak, karena pada dasarnya saya itu ‘gila minum’ banget, yang jadi masalah adalah nervous yang gak bisa saya sembunyikan ditambah lagi kondisi ruang klinik yang AC nya sangat dingin plus keinginan berkemih yang teramat sangat. Berkali-kali saya keluar masuk toilet untuk pipis, kemudian minum lagi, pipis, minum lagi, sampai giliran saya dipanggil masuk ruangan tindakan.   Di dalam ruangan tersebut saya bertemu dokter Budi terlebih dahulu. Dokter Budi menjelaskan ke saya dan suami dari 25 sel telur yang berhasil menjadi embrio adalah 11 dan embrio yang sudah masuk fase blastocyt sejumlah 2. Sebanyak 2 embrio akan ditransfer ke dalam rahim saya. Dokter menjelaskannya sambil menunjukkan gambar-gambar embrio yang ada di pc nya. Antara konsen dan tidak (karena rasa tak nyaman menahan pipis) saya hanya mengangguk-angguk saja.Akhirnya masuklah saya ke dalam ruangan yang sama waktu dilakukan tindakan OPU. Saya kira dilakukan pembiusan juga, ternyata tidak. Dalam kondisi sadar dan merasa sangat tidak nyaman karena menahan rasa pipis, saya bisa merasakan dokter memasukkan kedua embrio tersebut ke dalam vagina saya sambil meringis-ringis. Sakit?sama sekali tidak, saya meringis karena itu tadi harus menahan pipis. Sekali lagi, saya tidak akan pernah lupa saat-saat tersebut. Sepanjang proses saya hanya berdoa menyebut Asma Tuhan, pasrah se pasrah-pasrahnya. Saat itu saya berkata dalam hati, Tuhan..saya berserah kepada Mu, kabulkanlah jika memang Engkau mengizinkannya. Proses nya sangat cepat dan begitu selesai dokter Budi berkata ini kepada saya: ‘ oke ibu, embrio sudah saya masukkan selanjutnya kita tunggu hasilnya. Jangan lupa berdoa ‘ saya cuma bisa tersenyum. Dengan posisi tiduran,bagian bawah lebih tinggi dari kepala kemudian suster di situ berkata: ‘ ibu santi, lihat ke monitor ya..2 embiro nya sudah ada di rahim ibu. Itu anak-anak ibu nantinya’ refleks saya lihat ke monitor di atas saya, dan benar saja saya melihat 2 embrio transparan berenang-renang di dalam rahim saya. Setelah itu saya hanya bisa menangis sambil berucap Alloh Akbar berkali-kali di dalam hati. Suster memasangkan kateter,dan memindahkan saya ke ruang perawatan di RSCM Kencana. Sampai siang saya berada sendirian di ruang perawatan, suami saya belum juga muncul ke ruangan. Saya lapar teramat sangat, tapi gak kuasa bangun. Bukan karena gak kuat, saya hanya kuatir gerakan sedikit saja bisa menganggau kondisi embrio-embrio saya. Suster bilang kateter sudah terpasang, tapi entah kenapa rasa nyeri menahan pipis masih saya rasakan. Sepertinya ada berliter-liter cairan di dalam kandung kemih yang gak bisa keluar. Jam 2 siang suami baru datang ke ruangan. Rupanya dia menunggu saya di depan ruang tindakan dan dia tidak diberitahu kalau saya sudah selesai tindakan ET dan keluar ruangan lewat pintu dalam menuju ruang perawatan. 

 Bedrest di ruang perawatan hanya 1 hari, besoknya saya sudah pulang dan berencana bedrest di rumah orang tua saya.Ritual suntik masih dilakukan setelah ET, dan beberapa obat yang harus saya minum. Bedrest di rumah yang saya rasakan perut kembung yang tak berkesudahan, sampai saya buat status di bbm dan dijawab teman saya: ‘ tanda-tanda hamil tuh san,semoga berhasil ya proses Bayi Tabungnya’ iya memang semua teman kantor tahu saya sedang menjalani proses IVF karena sebagian biaya IVF ini ditanggung juga oleh kantor tempat saya bekerja. 3 hari di rumah mama, perut saya makin kembung dan ulu hati juga lambung saya teramat sangat sakit. Mulai gak enak makan dan minum, gak bisa pipis dan buang air besar.Bed rest saya benar-benar bedrest karena perut sangat sakit dibawa berjalan,sehingga saya hanya bisa tiduran. Itu pun untuk pindah posisi tidur terasa sangat sakit sekali. Mama bapak suami adik saya bingung dengan kondisi ini,perut saya semakin hari semakin membesar. Saya coba mencari informasi mengenai ini melalui googling dan membuka site www.bayi-tabung.com di situ saya baru tahu kalo saya terkena OHSS (Ovarian Hyper Stimulating Syndrome), yaitu sindroma yang terjadi karena ada nya hiper stimulasi terhadap ovarium. Jadi, kondisi OHSS ini sebenernya langka gak semua yang melakukan IVF terkena sindrom ini, dari 10 orang yang melakukan IVF hanya 1 yang terkena OHSS.Gejala OHSS persis seperti gejala sakit maag, ulu hati dan lambung sakit sekali, mual belum lagi perut semakin besar karena di dalamnya berisi cairan yang bahkan tidak banyak dikeluarkan melalui urine. Kenapa ?karena ginjal tidak bekerja maksimal akibat kekurangan protein. Saya kira OHSS ini tidak sakit sama sekali, nyatanya luar biasa nikmat sakitnya. Berulang kali saya sms dokter Budi,beliau hanya menyarankan untuk banyak minum air putih dan mengurangi asupan beberapa jenis obat yang dia beri. Sampai akhirnya saya gak kuat, saya dan suami kembali ke RSCM Kencana langsung ke IGD. Sayang sekali dokter Budi saat itu sedang cuti, jadi saya harus menunggu dokter pengganti yang menangani saya yaitu dokter Muharam. Begitu diperiksa (di usg perut) oleh dokter Muharam terlihat banyak sekali cairan di rongga perut, sambil tersenyum dokter ini bilang: ‘sabar ya bu Santi,insya Alloh ini menjadi kabar baik dari program IVF ibu’ saya hanya bisa tersenyum ‘ Aamiin,dokter ‘   Selama 5 hari saya diopname di RSCM Kencana,tidak banyak perubahan yang saya rasa. Perut saya tetap besar seperti orang hamil 5 bulan, nafas saya masih sangat sesak, ulu hati dan perut saya masih sangat sakit. Sampai gak kuat berjalan,jangankan berjalan untuk memindahkan posisi tidur saja sangat sakit sekali. Saya sempet minta disedot cairannya, tapi dokter Budi tidak mengizinkan.Dia hanya meminta saya untuk banyak makan protein, minum air putih dsb. Dan lagi-lagi aura positif dari dokter ini pun disebar ke saya, ‘ sabar ya bu nanti pasti kempes.tes HCG dimajukan saja ya biar kita tahu hasilnya’ besoknya dilakukan tes HCG lebih awal dari jadual (seminggu setelah ET seharusnya) dan diketahui hasilnya adalah 17. Saya tanya ke dokter hasilnya, hasil HCG lebih dari 1 mengindikasikan adanya kehamilan. Tapi dokter tetap menyarankan tes HCG lagi sebelum pulang dari RS. Sebelum pulang dari RS kembali dilakukan tes HCG yang kedua, hasilnya 34 dan kontrol ke dokter Budi dilakukan seminggu setelahnya.  

Sepulang dari RS kondisi tidak lebih baik, dalam artian perut tetap kembung, tetap sakit, dada masih sesak, gak bisa jalan, gak bisa banyak gerak hanya tergeletak di tempat tidur. Sepanjang hari saya hanya bisa menangis menahan rasa sakit dan meminta ampun kepada Tuhan. Saat itu saya merasa saya terlalu memaksakan kehendak saya untuk hamil, sehingga saya menzalimi tubuh saya sendiri. Saat itu saya pasrah jika Tuhan menghukum saya bahkan dengan kematian sekalipun. Saya pasrah atas segala yang saya rasakan saat itu. Mama hanya bisa menangis melihat kondisi saya, bapak terus-terusan berkata bahwa saya harus buang air besar untuk mengurangi cairan yang ada di perut, suami saya kebingungan melihat saya yang terus menerus menangis menahan sakit, adik –adik saya yang hanya bisa menatap sya dengan iba. Sampai saya gak kuat melihat mama bapak dan adik saya sedih melihat saya, saya dan suami nekat pulang ke rumah saya sendiri tengah malam. Saya hanya butuh ketenangan dalam istirahat.   Saat kontrol dilakukan ke Klinik yasmin,kondisi badan saya masih sangat payah. Perut saya terlihat seperti sedang hamil,kemudian dilakukan lagi tes HCG ketiga dan hasilnya Alhamdulillah kadar HCG makin meningkat, kalo saya gak salah hasil nya 114 dan itu artinya saya memang hamil. Ketemu dokter Budi beliau meyakini saya bahwa kondisi OHSS akan hilang seiring berjalannya waktu. Memang terasa sakit dan tidak nyaman,dokter menyarankan saya untuk bersabar. Sampai akhirnya dokter melakukan USG Transvaginal untuk melihat kondisi janin. Dari layar monitor terlihat ada 1 kantung embrio dan bahkan sudah ada 1 denyut janin di dalamnya. Usia kandungan diperkirakan berusia 3 minggu. Saya dan suami tak kuasa menahan haru, kami gak bisa berkata apa-apa bahkan menangis pun kami tidak bisa. Ternyata balasan dari Tuhan begitu indah. Tapi dokter Budi agak bingung, dari 2 embrio yang dimasukkan kenapa hanya 1 yang survive. Saya berkata kepada dokter: ‘ satu pun gak apa-apa dokter, yang penting kehamilan saya sehat dan lancar’ dokter pun hanya tersenyum sambil mengucapkan selamat kepada kami. 

Dan betul saja, seiring berjalannya waktu cairan di perut saya berkurang. Perut yang tadinya membesar makin lama mengecil,sesak sudah tidak saya rasakan lagi. Gerak leluasa sudah bisa saya lakukan. Hanya rasa tidak nyaman di ulu hati saja yang masih terasa, yang menurut dokter itu bawaan hamil muda. Masuk bulan ke empat,obat suntik distop semua. Dokter hanya meresepkan obat minum itu pun vitamin dan asam folat saja. Syukur Alhamdulillah, kehamilan berjalan lancer setelahnya. Memasuki bulan ke-7 saya meminta izin ke dokter Budi untuk dirujuk ke RS yang dekat dengan rumah. Beliau merujuk ke RS Hermina Bekasi dengan dokter Yudianto di sana. Dan pada tanggal 04 Februari 2013 lahirlah putri saya yang cantik melalui operasi cesar. Program IVF yang dilakukan oleh teman saya saat ini mengingatkan saya untuk selalu bersyukur, bahwa semua harapan pasti ada hasilnya jika kita melakukannya dengan ikhlas dan tawakal. Tuhanku berikan lah jalan yang indah kepada teman saya yang saat ini sedang berjuang untuk memperoleh buah hati yang mereka rindukan, juga kepada semua pasangan di luar sana yang juga sedang berjuang untuk hal yang sama. Mudahkan dan ringankan lah jalan bagi mereka ya Tuhan. Saya percaya dengan semua keputusan dan kehendakMu untuk saya, teman saya dan semua mereka yang membutuhkannya.

2 komentar:

  1. Selamat ya mba atas kelahiran putrinya. Saya jg pasien di klinik yasmin, dg dokter Andon. Cycle #1 januari kemarin sy juga OHSS tp tdk separah mba. Dan hasilnya negatif juga, blm dipercaya sama yg diatas mba. Mei ini lanjut dgn frozen embryo transfer, walaupun kualitas embrio menurun setelah thawing proses. Dijalani saja dan ikhlas saja. Doakan saya kuat ya mba. Trm ksh ya mba sharing ceritanya, penambah semangat ni hehehehe

    Tyas, sharingivf.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Saya terharu mba bacanya,begitu banyak pengorbanan untuk mendapatkan keturunan.Sedangkan banyak sekali perempuan diluar sana yang menggampangkan mengugurkan kandungan.Sekarang saya lagi hamil 6minggu tetapi janin dan kantong janin di bawah rata2 berkembangnya,hormon prolactolin saya pun tinggi.Sudah menguras kantong tapi ku tetap pertahankan tidak mau kehilangan janinku.Kuberharap pada yang maha kuasa untuk berikan mujizat atas semua usahku dan suami.

    BalasHapus